Ayahku Teman Ngobrolku

Mikhael Adikara. Mahasiswa Swiss-German University ini seringkali menghabiskan waktu luangnya dengan melakukan Muay Thai atau tennis. Kedua hal tersebut adalah hobi olahraga yang ia tekuni. Waktu latihannya terbilang bebas, dimana begitu ia ada waktu luang ia bisa langsung mulai latihan. Lelaki 20 tahun ini mengaku bahwa dengan melakukan olahraga tersebut ia merasa senang. Ketika ia telah letih seusai kuliah, olahraga tersebut dapat membuat dirinya menjadi lebih segar dan fit sehingga semangatnya pun kembali.

Tak hanya mengisi waktu luangnya dengan hobi Michael pun juga sering jalan-jalan ke Mall atau Cafe. Untuk lelaki seumurannya ke bar merupakan hal yang terbilang biasa, namun ia pun malah dengan tegas menyatakan hal tersebut sebagai salah satu hal yang tidak ia sukai.

“Palingan cafe-cafe yang gak jelas atau remang-remang. Lalu bar-bar juga gak suka. Kita lebih prefer kafe daripada bar-bar,” tangkasnya siang itu.

Grand Indonesia dan Plaza Indonesia adalah mall-mall ibu kota yang paling sering ia kunjungi. Ketika ditanyakan lebih lanjut mengenai apa yang spesial dari wilayahnya, yaitu Jakarta Pusat, ia pun seraya menjawab, “Ya nama nya jakarta, apa lagi pusat, dimana pusatnya di sana. Mall juga eklusif. Istimewanya ya elitenya.”

Rencana berpergian pasti seringkali tercipta secara random, terutama dengan teman. Untuk lelaki jurusan jurusan Energy & Environment ini merasa bahwa seiring perkembangan jaman, maka berbagai perubahan budaya pun tercipta. Budaya nongkrong yang awalnya tidak ada pun menjadi ada. Komunikasi yang dulunya sulit sehingga menyulitkan orang untuk berpergian kini tak lagi menjadi hambatan.

“Dulu gak ada yang nongkrong-nongkrong di cafe. Sekarang ya seperti itu, gara-gara kemajuan teknologi yaa”

“Teknologi yang merubah pola hidup gimana?”

“Ya dulu gak ada hp, jdi bingung hubunginnya pakai apa. Jadi susah pergi-pergi. Sekarang mau pergi, ya lewat hp.”

Untuknya pembagian waktu pun sudah jelas malam Minggu pasti sama teman dan Minggu paginya usai Gereja adalah waktu dengan keluarga. Penggemar David Guetta ini sadar betul bahwa peran keluarga sangatlah penting sehingga meluangkan waktu untuk kebersamaan adalah hal yang tidak boleh terlupa. Waktu-waktu liburan panjang pasti selalu ia habiskan bersama keluarganya untuk berwisata. Hal ini dikarenakan kondisi orang tua yang terbilang sibuk sehingga tak selalu bisa berlibur bersama.

Tak hanya terbilang family-oriented ternyata Mikhael memiliki hal yang berbeda. Saat kebanyakan mahasiswa seusianya masih sibuk bermain dan nongkrong dengan teman-teman, ternyata mahasiswa 20 tahun ini tengah memfokuskan diri pada cita-citanya. Sesekali jalan-jalan malam Minggu di Pizza Cafe sih tetap saja, tetapi hal yang tak pernah ia lewatkan ialah perbincangan dengan ayahnya. Perbincangan terkait entrepreneur dan politik seringkali mereka lalui. Maklum saja, lelaki yang hobi olah raga dan tennis ini ternyata ingin sekali menjadi seperti ayahnya, proffesional entrepreneur.

“Kalau ayah ada, selain saya nongkrong atau olahraga, saya biasanya sering ngobrol dengan ayah tentang Bisnis politik. Saya juga suka bidang tersebut dan kebetulan ayah saya bergerak di bidang itu,” tukasnya.

Walaupun ia terbilang intense dalam mengisi waktu luangnya dengan hobi, namun menurutnya cita-cita lebih penting dari hobi. Waktu ngobrol dengan ayahnya merupakan salah satu kegiatan bersantai favorite nya.

“Cita-cita pasti dimiliki oleh semua orang, kalau menurut saya cita-cita lebih tinggi dari hobi karena hobi hanya untuk mengisi waktu luang, kalau cita2 hal yang kita mau lakukan dan gapai di masa depan. Pastinya cita-cita lebih penting. Saya lebih memprioritaskan cita-cita,” tuturnya bersemangat.

Ketika malam kian menjemput perbincangan pun dimulai. Ayahnya memang tempatnya berguru. Mulai dari belajar saham, negosiasi, sampai belajar implementasi accounting pun ia lakukan dengan ayahnya.

“Yaa waktu luangnya setelah jam 6 sore. Lalu biasanya 3 hari seminggu ikut ayah atau ngobrol dengan ayah saya. Saya senang dengan itu dan tidak merasa lelah. Disamping saya meluangkan waktu saya, saya juga menggapai cita – cita saya,” jawabnya.

Cita-citanya untuk jadi entrepreneur semakin menguat. Mikhael yang gemar ke pameran otomotif ini menyempatkan waktu liburnya untuk kerja di kantor ayahnya. Accounting adalah bidang kerja andalannya, beberapa bulan lalu ia akhirnya mencoba untuk belajar hal tersebut secara nyata.

“Saya kan belum berpengalaman ya di kantor. Jadi saya disuruh kerja, pas itu salahnya pas hal kecil. Meskipun kecil, akan membuat masalah juga. Jadi saya pernah salah hitung. Kebetulan saya kerja di accounting dan salah hitung, jadi semua salah secara keselurahan,” tuturnya semangat.

Pengalaman itu akhirnya ia jadikan pelanjaran berharga. Kesalahan yang kecil tetaplah akan selalu penting karena masalah kecil adalah akar utama masalah yang lebih besar. Antusiasme yang besar telah dimiliki oleh Mikhael. Dengan semangat ia pun menceritakan seberapa penting perasaannya untuk menghabiskan waktunya berkutat dengan rencana bisnis tersebut.

 “Kebetulan ortu saya punya perusahaan di bidang itu dan saya satu – satunya anak. Jadi yaa mau gak mau harus saya yang meneruskan. Sebenarnya saya gak bisa bilang melakukan hobi dulu atau cita-cita dulu, karena walaupun cita-cita adalah hal utama saya, tapi gak ada jadwal terprogram harus hobi dulu atau cita-cita dulu. Karena waktu luang saya tergantung saya. Bisa olga dlu. Kapan saya mau, saya bisa melakukannya karena keduanya saya senanginnya. Saat pulang kuliah, hal itu yang membuat saya tidak merasakan capek lagi. Kira – kira seperti itu,” ungkapnya panjang lebar.

Kesibukan telah membuat adanya intesitas atas leisure time menjadi minim, sehingga perlu adanya maksimalisasi interaksi. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa sekali lagi quality-time merupakan hal yang paling utama. Setiap orang pasti membutuhkan quality time nya masing-masing, namun yang perlu diperhatikan ialah bagaimana mewadahi hal tersebut.



0 comments:

Post a Comment

 

MEET MY PEOPLE